Ragnarok the Animation: 2nd Shot chapter 1

Summary:

Sudah hampir 10 tahun sejak kekalahan Dark Lord terima kasih berkat Roan dkk. Setelah mengetahui seberapa besar kekuatan yang bisa mengancam tanah Rune Midgard, Raja Tristram III memerintahkan pembuatan 12 guild baru berisikan orang – orang yang memiliki potensi tinggi, untuk mempertahankan Ibu Kota dan Negeri itu. Kali ini, Roan telah menjadi seorang Paladin sebagai ketua Crusader Guild. Yufa telah menjadi seorang High Priest dan menjadi ketua guild Priest. Judia telah menjadi seorang sniper legendaris dan memimpin guild hunter. Maya telah mejadi seorang Creator dan menjadi pemimpin guild Alchemist.

Part I

Hari itu…

(Tik tok tik tok KRIIINGGGG!)

“Ugh…” keluh Roan dari bawah selimutnya. Tangannya menggapai – gapai sisi tempat tidurnya, mencoba untuk mematikan jam wekernya. Sayangnya, bukannya mematikan, gapaian tangannya malah menjatuhkan jam wekernya membuat jam weker itu berdering 10 kali lebih keras daripada seharusnya.

“Sayang, matikan jam wekermu! Lagipula waktunya untuk bangun dari tempat tidur dan bersiap untuk pergi ke upacara penobatan ‘kan? Ingat Roan! Kau wajib datang ke sana!” Teriak Yufa dari dapur. Sudah jelas dia memasak sesuatu. Apa pun yang ia masak, baunya tidak sedap.

“Ngg….penobatan?” Pikir Roan lambat – lambat. Kata – kata itu sulit untuk dicernanya, tetapi lambat – lambat ia sadar apa yang diucapkan istrinya dan…

“WUAAAA! PENOBATANNYA HARI INI! YANG BENAR SAJA!” teriak Roan. Secepat kilat ia mandi. Tak lupa ia memakai full plate paladinnya dan ragamuffin capenya. Selain itu, ia tak lupa mengenakan helmnya dan membawa excaliburnya. Ia melangkah keluar dari pintu rumahnya dan menghirup udara segar prontera. Sudah lama ia tak merasakan kebebasan lebih dari ini. Biasanya, sepanjang hari Ia selalu bersembunyi di antara tumpukan kertas – kertas dan melatih swordmen yang ingin menjadi Crusader. Memang, melatih punya rasa kesenangan tersendiri. Tetapi, tetap lebih enak melihat lingkungan sekitar dan hari itu adalah hari yang cocok untuk melakukannya.

“Sayang, jangan lupa hari ini kita akan ziarah. Makananmu juga jangan sampai tertinggal. Aku tidak akan ke mana – mana hari ini dan jangan pulang telat ya!” kata Yufa mengingatkan.

“Tentu.” Balas Roan. Ia pun mengecup dahi Yufa dan melepaskan tambatan PecoPeconya. Sesaat mukanya berganti mimik dan bertanya, “Apa makanan hari ini?”

“Acar!” Jawab Yufa dengan gembira

“Heee! Lagi! Tak adakah makanan yang lain!” keluh Roan. Yufa hanya diam dengan muka kesal.

“Jahat! Padahal aku susah – susah membuatnya!” teriak Yufa tepat di depan muka Roan

“Eeek! Begitu ya? Kalau kau yang buat pasti akan kumakan!” Kata Roan berusaha untuk menenangkan Yufa. “Semoga aku tak pingsan lagi karena rasanya...” Pikirnya dalam hati. Dia pun menghela nafas.

“Aku berangkat.”

Berangkatlah Roan dengan PecoPeconya. Sesampainya dia di Izlude, kota perkumpulan swordman itu tak berubah sama sekali. Sama seperti ketika Roan masih menjadi swordie. Hanya saja, kali ini pemandangannya agak berbeda. Apabila di Timur laut hanya terdapat dermaga, sekarang sebuah gedung sejenis colliseum telah di bangun dan menambah suasana.

“Hmm...sebaiknya aku langsung ke arenanya.” Pikirnya. Tanpa pikir panjang, Ia tambatkan PecoPeconya di depan bangunan berbentuk coliseum itu dan langsung masuk ke dalam bangunan itu.

Ia berjalan sepanjang koridor. Kosong. Tak ada orang. Roan sudah mulai berpikir apa ia datang telat. Secepat kilat ia berlari menyusuri koridor dan keluar pada sebuah balkon yang menghadap lapangan luas. Di sana terdapat 4 kursi berlengan panjang dan empuk. Tiga kursi dari kanan telah diisi, menyisakan satu tempat duduk untuknya.

“Kau terlambat.” Kata seseorang dari balik tempat duduk yang ketiga dari kanan. Orang itu menengok Roan. Seorang wanita. Rambutnya coklat pendek seperti wanita perang. Ia memakai circlet di kepalanya. Full plate Lord Knightnya bersih tanpa noda dan goresan. Glove yang ia kenakan tak lebih dari aksesori untuk mempersigap dirinya. Pedangnya yang mengerikan tersandar di sampingnya; sebuah Mysteltain. “Sebenarnya ke mana saja sih kau ini!” Tegur sang Lord Knight itu.

“Yah, maaf! Aku agak kesiangan. Kau mengerti aku ini seperti apa ‘kan, Lorraine?” Singgung Roan

---

Character Present

Name: Lorraine Xilleard

Job: Lord Knight

Base Level: 165

Job Level: 60

Equipment

Head Upper: Circlet of Aristotle (Stainer Card)

Head Middle: None

Head Lower: None

Armor: Hard Full Plate (Pupa Card)

Right hand: Mysteltain

Left hand: Excelent Shield (Ant Egg card)

Mantel: None

Shoes: Boots

Accessory 1: Teleport Belt (Creamy Card)

Accessory 2: Clip of Eternity (Osiris Card)

---

“Alasan lama! Kamu pasti kesiangan! Bukan agak kesiangan lagi!” Balas Lorraine. “Aku heran dengan Yufa. Mengapa dia menyukai orang tak teratur sepertimu?”

“Sudahlah Lorraine. Bukankah Acara tengah berlangsung sekarang? Lebih baik kalian berdua duduk di kursi kalian dan menyaksikan PVP kali ini. Ya sobat, kau melewatkan Acara Penobatannya!” Kata seorang Stalker yang duduk di sebelah kiri Lorraine. Rambutnya jabrik pirang. Ujung rambutnya tersembul ke arah yang berlawanan. Mjolnirnya tersimpan aman di kantongnya. Sebelah kakinya terangkat ke atas kursi. Kesannya benar – benar seperti Rogue. Ia bisa membaca ekspresi Roan. Roan hanya terkejut mendengar hal itu kemudian duduk di kursinya.

---

Character Present

Name: Reik Sliford

Job: Stalker

Base Level: 170

Job Level: 60

Equipment

Head Upper: None

Head Middle: None

Head Lower: Romantic Leaf

Armor: Ninja Suit

Right hand+5 Perfect Dexterious Mjolnir (Phereoni Card dan Drops Card)

Left hand: Excelent Shield (Ant Egg Card)

Mantel: None

Shoes: Fladged Boots (Verit Card)

Accessory 1: Blast Clip (Marine Sphere Card)

Accessory 2: Teleport Belt (Creamy Card)

---

Reik terenyak kembali ke kursinya untuk menikmati pertandingan selanjutnya. Dilihatnya seorang assasin melawan knight dengan licik. Lawannya pun dengan mudah kalah. Assasin yang bertarung dengan knight itu membuatnya teringat akan sesuatu; pertarungannya dengan seorang assasin beberapa tahun lalu. Dan sekarang, dia duduk di sini, bersamanya, di dekatnya dan menyimpan tindakan yang ia anggap menyebalkan.

Seorang Assasin Cross bertubuh tinggi duduk di sebelah Reik. Matanya hijau bagaikan emerald; cantik memukau tetapi mati. Rambutnya yang jabrik berwarna perak tersembul dari segala arah; memberi kesan seakan – akan rambut itu tak bisa diapa – apakan. Katarnya tersandar di sebelah kiri tempat duduknya. Assasin masknya ia turunkan sampai leher, sedangkan ikat kepalanya tetap ia kenakan. Tangannya tersilang sambil menyaksikan pertarungan PVP selanjutnya.

“Apa tak ada yang mau kau katakan, EF?” tanya Lorraine. Orang yang bernama EF itu hanya diam, tetap menyaksikan pertandingan.

---

Character Present

Name: EF (baca “ief”. Jangan nyasar sampe baca “f”! ) Vander

Job: Assasin Cross

Base Level: 170

Job Level: 60

Equipment

Head Upper: Blue Bandana

Head Middle: None

Head Lower: Assasin mask

Armor: Ninja Suit

Right hand+5 Jamadhar of Verserk (Dopelgangger Card)

Left hand+5 Jamadhar of Verserk (Dopelgangger Card)

Mantel: Mocking Muffler (Whisper Card)

Shoes: Hasty Boots (Moonlight Flower Card)

Accessory 1: Teleport Belt (Creamy Card)

Accessory 2: Healing Clip (Vitata Card)

---

EF tetap menghiraukan lorraine seakan Lorraine tak pernah ada. Lorraine hanya menghela nafas dan kembali ke tempat duduknya.

“Ngomong – ngomong soal penobatan...” Roan memulai. “Mengapa hanya kita sih yang harus datang! Maksudku, Shiro dari Guild Wizard ‘kan juga mempertahankan garis pertahanan Rune Midguard juga! Sama seperti kita!”

“Mana kutahu...” jawab Reik singkat dengan nada tidak antusias. Panasnya matahari membuatnya setengah tertidur. Jelas saja. Kemenangan Assasin atas Knight dan Rogue yang merupakan anak buahnya yang bertarung di Arena membuatnya bungkam. Sama halnya dengan Lorraine. Sepertinya dia shock karena salah satu pengikutnya yang merupakan calon penggantinya kalah telak dikalahkan seorang Assasin. Sementara EF hanya tersenyum kecil atas kemenangan anak buahnya. Ia memberikan kode instruksi dengan tangannya dan anak buahnya mengangguk, menandakan bahwa ia mengerti.

Maka untuk kali ini, yang tersisa adalah pertarungan Assasin dengan Crusade. Roan menghela nafas lega dia tidak ketinggalan melihat hal ini. Jelas – jelas dia harus memberikan instruksi melihat lawannya adalah anak buah EF.

Pertarungannya berlangsung cukup lama. Biarpun damage yang diterima crusader anak buah Roan kecil, dia selalu kena serangan Assasin anak buah EF. Dewi Kemenangan sepertinya berpihak pada guild Assasin kali ini. Crusader anak buah Roan kalah karena sonic blow yang dilancarkan sang Assasin.

“yah...Selalu ada lain kali...” Kata Roan. Ia terenyak kembali ke tempat duduknya. Ia melirik ke arah Lorraine.

Ia tertidur.

Ya! Tidur tanpa beban seakan tak ada yang akan keberatan. Lorraine sepertinya bosan sampai akhirnya memutuskan untuk tidur lebih awal di colliseum daripada di rumahnya sendiri. Roan hanya berdeham keras sebagai usaha untuk membangunkan Lorraine. Lorraine terbangun dan langsung memaingkan wajah ke kanan dan ke kiri, tanda kebingungannya. Roan hanya menunjuk ke Assasin yang baru saja berkeliling arena sambil memperhatikan Lorraine.

“Ng? Memangnya ada apa...” tanya Lorraine yang dari tadi mengantuk dan tidur untuk sementara.

Reik hanya nyegir terhadap Lorraine. “Tantangan bagi seorang Lord Knight nih!” katanya sambil menunjuk Assasin yang ada di Arena itu. Sang Assasin itu telah menunjukkan jarinya ke arah Lorraine. Tanda itu sudah menjadi maksud ‘surat tantangan’. Lorraine yang sudah kembali sadar dengan sekitar, hanya tersenyum kecil dan meyuruh pengawal knight yang ada di belakangnya.

“Beri aku Broad Swordmu agar aku bisa bertarung dengannya.” Perintah sang Lord Knight

“Tapi akankah lebih efisien memakai mysteltain, Nyonya?” tanya pengawal itu sambil mengulurkan Broad Sword milikya

“Huh...” mulainya lagi, “orang yang terlalu percaya diri kadang – kadang lebih mudah dikalahkan.” Katanya seraya mengambil Broad Sword yang telah disodorkan dan melompat turun menyapa sang Assasin.

“Sebelum memulai pertarungan, aku ingin bertanya siapa namamu.” Kata Lorraine dengan ramah biarpun ia yakin pertanyaan seperti itu takkan dijawab karena ia berhadapan dengan assasin. Belum lagi hawanya yang sama dengan EF, matanya yang sama dinginnya dengan Assasin Cross itu.

Si Assasin hanya menghela napas dan dengan sombong berkata, “aku Seth (hei! Kok nyasar ke YuGiOh! Ini bukan Kaiba euy!). Calon Assasin Cross generasi II. Aku menantangmu bertarung, wahai Yang Mulia Lord Knight Xilleard Lorraine.”

“Fuh...” Senggal Lorraine. “Sesaat aku berpikir bahwa kau persis sekali dengan EF. Wasit! Umumkan pertarungan.” Teriaknya lantang

“Pertarungan antara Lord Knight Lorraine Xilleard dengan Assasin Seth Anggum...DIMULAI!” teriak Sang wasit. Suaranya menggema sampai tembok – tembok koridor.

Serangan awal dimulai oleh Seth dengan serangan biasa dengan katar. Serangannya tidak mengenai Lorraine sedikit pun. Alih – alih mengenai, serangan Seth bisa dihindari semuanya oleh Lorraine tanpa cedera sedikit pun, seakan ia mempermainkan Seth dengan sengaja.

Sementara itu, Di balkon penonton VVIP, Reik dan Roan berdiri di dekat pagarnya untuk melihat mereka bertarung. EF hanya melihat tajam apa yang mereka lakukan.

“Assasin itu takkan menang...Lorraine merupakan Swordie tangguh dengan kemampuan menghindarnya yang tinggi. Jadi, hampir bisa dibilang, seorang Assasin yang hanya mengandalkan kecepatan tanpa konsentrasi seperti dia takkan bisa mengalahkan Dewi Perang Rune Midguard.” Komentar Roan

“Aku setuju denganmu, hanya saja sebutan Dewi Perang itu kurang pas bukan? Terlalu melebihkan!” Balas Reik

“Ya...tapi, yang membawa Rune Midguard ke puncak kejayaan adalah kakak beradik Xilleard yang tidak lain adalah Lorraine dan kakaknya sendiri.” Pikirnya dalam hati sambil terus menyaksikan pertarungan mereka. Baru saja Lorraine menghindari Sonic Blow Seth.

EF, di lain pihak, masih memberikan instruksi kepada Seth. Setegah hati, ia yakin Seth kalah. Dan apa yang ia pikirkan sepertinya benar ketika Seth menyerang Lorraine kembali dengan Sonic Blow yang tentu saja tidak kena. Selang jeda jurus itu, Lorraine memakai kesempatan yang ada untuk menyelinap di bawahnya dan meluncurkan Bash. Akibatnya, Seth terlempar setengah meter ke udara, jatuh kembali dengan punggungnya. Darah keluar dari sudut bibirnya.

“Konsentrasimu kurang, Assasin Seth.” Lorraine menyatakan. Seth tetap berbaring di tanah arena yang tandus dan berdebu. Lorraine pun berbalik untuk kembali ke balkon.

“PEMENANGNYA! LORD KNIGHT LORRAINE XILLEARD!”

“YO!” Lorraine berseru dengan ceria. Roan, Reik, dan EF telah menunggunya di pintu keluar. Roan hanya tersenyum, Reik diam saja, bersandar pada tembok sedangkan EF bermuka sebal.

“Kau menang... itu tak bisa diragukan lagi kan? Maksudku, tak seperti kau bisa dikalahkan oleh seorag Assasin...” Mulai Reik. Mereka pun berjalan keluar dari Arena.

“Hmph...Kukira aku terlalu berlebihan karena aku memakai Bash Lvl 10.” Balas Lorraine sambil mengingat – ingat sesuatu. Reik dan Roan hanya memasang lagak /swt. EF hanya mengocehkan sesuatu. Mereka pun pergi ke lain arah, meninggalkan Lorraine dengan Roan berdua saja.

“Sebaiknya aku pulang. Yufa dan aku akan berziarah ke makam Kak Iruga, kak Keogh, dan kak Takius.” Katanya sambil melepaskan tambatan PecoPeconya. Lorraine menanggapi kata-kata itu dan langsung berubah raut. Kesannya langsung sedih. Roan yang menyadari hal itu langsung tak tahu harrus berbuat apa.

“Ada apa?” Tanyanya

“Eh? Tak apa! Aku hanya teringat harus mengunjungi makam kakak. Lagipula, aku sudah rindu dengan Yufa. Aku akan ikut.” Balasnya dan ia pun melepaskan tambatan PecoPeconya dan pergi mendahului Roan

Matahari telah mulai meninggi, dan perjalanan baru akan segera dimulai...

Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar