Persona4 chapter-2

Persona 4: Memories of You...

Author’s note: Grrrr...1000000% punya ATLUS!!!

Bwat Lvna-cHan( sori klo sebutannya salah) ma silvermoonarisato, gomenasai....habis aku beneran ga tau kalo kalian juga punya ide kayak gini juga. Ide ku muncul gara2 ngeliat true ending di youtube. Salah ATLUS bikin terakhirnya hidup. Klo sama kyk ending P3 kan asyik!(aku kejam bgt deh kesannya. Char fav dibikin mampus). Yaaah, masih rahasia penulis. Hahaha. Well, I hope you still like my stories. Cia yo!!

----------------------

Dojima Residence

----------------------

TV di ruang keluarga terus menyala. Hari ini hujan dan disertai badai. Nanako hanya duduk diam tak percaya melihat berita tersebut. Itu sebabnya Nanako sangat benci liputan berita. Pasti sebagian besar memuat kabar sedih, kriminal, ato yang lain. Itu sebabnya juga ia lebih suka nonton iklan Junes, meskipun iklannya sederhana. Terdengar suara pintu yang bergeser dari arah depan rumah. Ternyata yang datang Ryutarou Dojima.

“Nanako-chan, kamu belum tidur?”

Tanpa berbicara, Nanako langsing menunjuk ke arah TV. Ryutarou langsung mengerti apa yang dimaksud Nanako.

“Souji-san....Souji-san bagaimana? Dia *sob*nggak apa-apa kan?” Ryutarou tidak bisa menjawab apa-apa. Sebab detektif satu ini masih belum selesai menyelidiki insiden tersebut. Ryutarou sendiri juga berharap Souji masuk dalam ¼ penumpang yang selamat.

“Entahlah, kepolisian masih menyelidiki. Kalau ada kabar yang lain, nanti papa beritahu Nanako-chan segera. Tapi sekarang, kamu harus tidur. Ya?”

“Souji-san terlalu baik. Nanako-chan nggak mau kehilangan dia. Hiks...hiks...kalau papa belum pulang, dia selalu temani*sob* Nanako-chan sampe ngantuk.” Kata Nanako ala gadis manja seusianya.

“Nanako-chan mau ketemu Souji-san lagi...huhuhu...*sob*”

------------------

Amagi Residence: Yukiko’s Room.(keesokan harinya: siang)

------------------

“Nona Yukiko, ayo makan. Anda belum makan sejak kemarin.” Kata salah satu pelayan(lebih halus lagi maid) yang membawakannya makan siang.

“Aku nggak lapar. Aku kenyang.” Sahut Yukiko dari dalam kamarnya lemas.

Lalu salah satu maid datang lagi menemui maid yang dari tadi berusaha membujuk Yukiko untuk makan.

“Ada apa?” kata maid pertama sambil bisik-bisik.

“Nona Chie dan errr..tuan/nona Naoto datang. Mereka ingin bertemu Nona Yukiko.” Kata maid kedua tanpa bisik-bisik, supaya Yukiko bisa dengar. Bagus! Ini kesempatan emas! Pikir maid pertama. Tak lama, Chie dan Naoto muncul di belakang para maid.

“Eh, anu...Nona Chie, bisa minta tolong titip makan siang nona Yukiko?” kata maid pertama.

“Dia pasti belum makan dari kemarin ya?” Tanya Naoto ikut-ikutan lemas.

“Begitulah. Saya harap dengan kedatangan kalian nona Yukiko masih mau makan.”

“Ya, serahkan saja padaku.” Chie menerima nampan makan siang Yukiko.

“Kami permisi dulu.” Sahut kedua maid bersamaan, lalu pergi.

“Eh, Chie. Kamu nggak berniat makan makanan siang Yukiko kan?” Chie langsung melirik tajam.

“Naoto-chan, bercandamu jelek sekali!” Naoto langsung tambah lesu.

“Yukiko! Ini aku, Chie! Bisa tolong buka pintunya?”

“Masuk aja. Tapi para maid nggak boleh masuk!!!” perintah Yukiko keras.

“Tenang aja. Di sini Cuma ada aku sama Chie. Para maid udah lama pergi.” Kata Naoto selanjutnya berusaha meyakinkan Yukiko.

“Masuk aja. Pintunya nggak dikunci.” Chie dan Naoto sempat bingung juga. “Kalo pintunya nggak dikunci kenapa mereka nggak langsung masuk aja ya?”

Di dalam kamar, Yukiko sedang duduk di salah satu sofanya( kamar Yukiko gede gituuu). Chie langsung menghampiri Yukiko dan duduk di sebelah Yukiko.

“Yukiko...makan dulu dong. Ya?” bujuk Chie.

“Tapi aku nggak laper. Males makan.” Balas Yukiko sambil mengambil syal kotak-kotak hitam putih yang disampirkan di sofanya. “Bukannya itu...”

“Iya. Hadiah dari Seta-kun. Di ulang tahunku yang ke-17.”

--Flashback--

Yukiko, happy birthday!!” sahut Rise waktu itu sambil menyerahkan kado yang dibungkus kertas merah(soalnya menurutku Yukiko suka mereh).

Yukiko, hadiah punya siapa yang oaling besar?” tanya Chie iseng. “Pasti punya Kanji kan? Kado dari Kanji juga berat banget!”

Semuanya hadir di pesta Ultah Yukiko. Hanya saja masih ada satu prang lagi yang belum datang.

Ngomong-ngomong, kado dari Kanji apa?” ledek Yosuke. Sebenernya Yosuke sendiri sudah tau apa hadiah dari Kanji. Yaaah, maklumlah kalo Kanji ngasih....Pipa kran air? Ya, Kanji memang paling payah nan bego dalam hal milih kado buat cewek –dihajar pecinta Kanji!-

Kanji melangkah mendekati Yosuke dan kemudian melingkarkan lengan kanannya di sekitar leher Yosuke.

Senpai, jangan bikin malu dong! Kalo senpai bikin malu lagi...” Kanji mulai mencekik Yosuke.

Waaaa!!! Toloooooong!! Kanji, stop!”

Hihihi...hahahaha...Bwahahahaha....” siapa lagi kalo bukan Yukiko yang penyakit akutnya kambuh?

Sorry, aku telat.” Semua menoleh ke arah sumber suara.

Suara itu berasal dari cowok rambut abu-abu yang memakai mantel hitam se-pinggang, celana hitam panjang( pokoknya baju yg dipake Souji wkt libur sekolah). Hanya saja ada satu tambahan lagi, dia pakai syal kotak-kotak hitam putih.

Sou! Kamu telat 30 menit tau!” kata Naoto yang mulai memperhatikan Souji dari pucuk rambut hingga pucuk sepatu. “Kamu nggak bawa kado?”

Eh? Kado? Haduh, aku lupa beli! Yuki-“ Ucapan Souji terpotong karena Yukiko langsung menarik tangannya menuju ke tempat dimana ia meletakkan semua kado-kadonya.

Nggak apa-apa. Kalo kamu ngasih kado gede-gede lagi, aku beneran nggak tau mau taruh itu kado dimana.”

Kalo gitu aku kasih kamu kado yang kecil aja yah?”

Apaan? Jangan-jangan kecoa! Kalo kecoa aku nggak mau!”

Haha, masa aku se-jahat itu?” Souji melepas ayal hitam-putih yang dipakainya lalu melilitnya di sekitar leherYukiko.

Happy Birthday, Yukiko.”

--End Flashback--

Kini Yukiko menangis sambil tersenyum mengingat semuanya. Senang sekali. Ingin rasanya supaya hari-hari seperti itu selalu ada.

“Yukiko! Akhirnya kamu mau senyum juga!”

“Eh? Masa?”

Tiba-tiba HP Naoto berbunyi.

“Ya, moshi-moshi? Apa?! I’ve told you, find some info about that accident no matter what!”

“kecelakaan kemarin?”

“Yukiko, kamu ngerti ya apa yang dibilang Naoto dalam bhs. Inggris?”

“Chie, kamu bener-bener harus les bhs. Inggris!” ledek Yukiko. Chie memang Payah dalam hal bhs. Inggris.

“Mana bisa? Yang biasanya bantuin aku belajar bhs. Inggris itu...”

“Souji-kun? Benar?” tebak Yukiko.

“Iya. Aku pikir aku bakal bisa bhs. Inggris kalo belajar sama Souji-kun. Habis, dia kan kerja part-time job jadi translator Inggris.”

“Dia, terlalu misterius.”

“He? Apa maksudmu, Yukiko?”

Lalu terdengar Naoto memutus hubungan HP dengan kesal.

“Payah! Kenapa menyelidiki insiden kemarin saja mereka tidak bisa sih?!”

“Naoto-chan, kenapa?” tanya Chie.

“Aku kerja sama dengan detektif Dojima dalam menyelidiki insiden kemarin. Menyebalkan! Asisten kami tidak ada yang bisa mendapat info sedikitpun!” keluh Naoto panjang lebar. Tak lama kini HP Yukiko yang berbunyi.

Moshi-moshi? Oh, Nanako-chan, ada apa?”

Itu...Souji-san...dia...

“Ya, dia mengalami kecelakaan kemarin. Aku sudah tau itu.”

Bukan itu! Barusan papa telepon, katanya Souji-san selamat! Tapi...

“Benar?! Souji-kun selamat?! Untunglah...”

Iya, tapi...kondisinya...uh...”

“Kondisinya kenapa?!” tanpa sadar Yukiko sampai bertreriak.

Yukiko-san dan yang lain segera ke RS saja. Nanako-chan ada di RS. Cepat kemari ya.”

Tuut...tuuut...tuuut... Sambungan telepon terputus.

“Naoto, bisa minta tolong kasih tau yang lain buat ke RS sekarang juga?”

“Oke! Nanti kita ketemu di sana ya! Kamu pergi sama Chie!”

“Ya!” Yukiko langsung pergi dan nggak lupa bawa syal hitam-putihnya. Chie langsung berlari mengikuti Yukiko.

--------------------

Lokasi pemotretan

--------------------

“Nona Rise! Kenapa dari tadi ekspresi wajahnya sedih terus sih?! Kamu sudah mengulang pemotretan sebanyak 10x tapi semua pose dan ekspresinya sedih semua!” bentak ketua pemotretan tersebut. Sejak insiden kemarin, Rise jadi nggak bisa konsentrasi. Yang ada di pikirannya hanya Souji dan Souji.

“Rise!”

“I-iya?” barulah Rise sadar sambil tersentak kaget.

“Kamu sudah gagal pemotretan berulang-ulang! Kamu tau itu?” sambar sang ketua pemotretan.

“Ma-maaf...”Rise tertunduk, lalu HP-nya tiba-tiba berbunyi. Tanpa mempedulikan ketua yang sedang melotot melihat tingkah anehnya, ia lanngsung menerima telepon dari Naoto.

Moshi-moshi? Oh, Naoto-chan. Kenapa telepon? Sudah tau bagaimana kabar Souji-senpai?”

Nggak penting! Pokoknya langsung ke RS aja! Sekarang!

“Iya, aku ke sana sekarang!” wajah Rise tampak mulai ceria.

Tuuut....tuuut...tuuut... sambungan telepon terputus.

“Rise, pakai senyum itu buat pemotretan! Sekali proses pemotretan lagi, lalu kamu boleh pergi.”

“Arigato gosaimas!” kata Rise sambil membungkuk.

--------------------------------------------

Hahaha, otakku lagi encer. Jadi bisa cepet. Btw, bagi yg nggak tau moshi-moshi itu tuh sama dengan ‘halo’ Cuma bedanya moshi-moshi itu dlm bhs jepang. Kalo nggak salah lho ya. Yaaah, meskipun udah sampai chap 2 aku tetep butuh review kalian. Kalo ngasih review yang banyak juga yaaa. I love reviews! (halah, ni Author banyak tingkah! Toh cerita masih cerita pertama, eeeh udah minta review segudang! Dasar!) hahaha, mungkin aku emang gitu.

Rupanya banyak yang suka milih bad ending ya? Asyik! Awalnya aku juga mikir buat dijadiin bad ending, tapi aku juga mau bikin para pembaca puas. Makanya aku tanya-tanya dulu, pilih bad ending ato mau yang good ending. Still, once again. Arigato gosaimas for the reviews!^.^!

0 komentar:

Posting Komentar